INTAIKASUS.COM, (Medan) - Dua massa pro dan kontra terkait kepemimpinan Presiden Jokowi memanas di DPRD Sumut, Kamis (20/9/2018) jam 12:30 WIB di Jalan Imam Bonjol, Medan -Sumatera Utara.
Dimana, kelompok pro Jokowi yang mengatas namakan "Komunitas Masyarakat Cinta NKRI" berada disisi kiri (tidak jauh dari Gedung DPRD Medan) dan massa Aliansi pergerakan mahasiswa sekota Medan berada disisi kanan.
Kedua massa bertemu saat melakukan unjuk rasa di depan Kantor DPRD Sumut dengan pengamanan ketat pihak kepolisian.
Dalam aksinya, massa mendukung Jokowi berorasi untuk memberi dukungan pada Jokowi selama 2 periode. Sebaliknya, mahasiswa mengkritisi pemerintahan Jokowi karena dinilai anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, serta menuntut pemerintahan Jokowi agar dapat menstabilkan perekonomian, reformasi agraria, tolak kedatangan IMF, kembalikan bahan bakar premium kepada rakyat, cabut Perpres No 20 tahun 2018 tentang tenaga kerja asing, bangun industri Nasional dan merevisi PP No 78 tahun 2015 tentang upah buruh.
Pada saat masa mahasiswa yang berjumlah kurang lebih 600 orang tiba di depan kantor DPRDSU ternyata disana juga ada sekelompok masa yang bertujuan saling bertolak belakang dengan aksi mahasiswa yang hanya dibatasi oleh blokade polisi.
Entah apa penyebabnya tiba-tiba entah siapa yang terlebih dahulu menyerang kedua aksi saling lempar pun tidak terhindarkan saat itu, tapi sejumlah personil polisi langsung memblokade kedua massa dengan menempatkan personil.
Dimana massa pro Jokowi dijaga dengan personil Sabhara berpakaian lengkap dengan menempatkan mobil Water Canon. Sedangkan, massa mahasiswa yang menolak kepemimpinan Jokowi dijaga dengan sejumlah aparat kepolisian untuk menghindari bentrokan dengan menempatkan satu unit mobil penerangan kepolisian. Namun, tetap saja situasi kedua massa memanas saat itu.
Dari keterangan Koordinator Aliansi Pergerakan Mahasiswa se-Kota Medan (Presma USU ) Wira, kepada wartawan mengatakan, kejadian berawal dari lemparan batu dan kayu dari arah massa Pro Jokowi.
Langkah polisi untuk menenangkan massa tidak berhasil hingga bentrok pecah. Ketika massa kelompok pendukung Jokowi melakukan provokasi dengan menggeber sepeda motor yang disambut teriakan oleh kelompok mahasiswa. Dan aparat kepolisian yang menengahi dua kelompok masa mencoba menenangkan kedua kelompok yang sedang bersitegang. Hingga kelompok massa mahasiswa akhirnya melakukan aksi dengan menggoyang pagar Gedung DPRD- SU.
Tidak lama berselang, datang lemparan batu dari arah kelompok pendukung Jokowi. Melihat adanya lemparan batu, kelompok mahasiswa mulai terpancing dan membalas lemparan.
Aparat kepolisian yang melihat hal itu langsung bergerak hingga kericuhan tak terhindarkan. Mahasiswa dipukul mundur yang akhirnya kosentrasi masa mahasiswa pecah lari ke Jalan Perdana hingga jalan Imam Bonjol arah RS Siloam.
Tembakan gas air mata langsung dilontarkan, sejumlah mahasiswa babak belur dihajar kepolisian sesaat setelah diamankan di halaman gedung DPRD Sumut yang selanjutnya dibawa ke Polrestabes Medan. Sepeda motor milik mahasiwa pun saat itu turut diangkut aparat kepolisian.
Aksi perlawanan tetap terjadi di Jalan Perdana yang juga turut mengamankan sejumlah mahasiswa saat itu. Pada saat itu mahasiswa memilih lari ke arah jalan Imam Bonjol dan Jalan Perdana Medan.
Sedangkan, aparat kepolisian sendiri terutama dari kalangan Intel sempat terlibat adu mulut dan bersitegang dengan sesama rekan kepolisian dari unit Sabhara yang meminta agar mahasiswa yang diamankan tidak dipukuli.
Usai melakukan aksi yang berakhir ricuh kini berbuntut panjang, sejumlah mahasiswa tampak mendatangi Polrestabes Medan jalan HM.Said Medan dengan maksud meminta pihak Polrestabes melepaskan rekan mereka yang diperiksa dan sepeda motor mahasiswa yang di boyong juga dilepaskan.
Satria salah seorang kordinator aksi dari mahasiswa Politeknik Negeri Medan, kepada wartawan di depan Polrestabes Medan Kamis (20/9/18) jam 18:30 WIB menjelaskan bahwa pada saat mereka melakukan aksi itu disana rupanya ada kelompok masa yang berlainan tujuan sedang melakukan aksi.
"Pas kami datang ke depan DPRDSU rupanya disana ada masa lain yang mendukung kebijakan pemerintah dan seharusnya di hari ini tidak ada aksi lain selain aksi kami di tempat dan jam yang sama, karena aksi kami terkoordinir," jelas Satria.
Lanjutnya lagi, mereka melihat masa lain tersebut ada yang membawa batu, kayu dan botol dan mereka yang melempari kami, hingga terjadilah hal yang tidak pernah kami inginkan. Kami tak mengerti dari pihak kami (mahasiswa ) atau pihak mereka yang terlebih dulu menyampaikan surat pemberitahuan aksi pada Polrestabes Medan, yang jelas kami telah memberikan surat tersebut pada H-2 (dua hari sebelum aksi) jadi, kami minta pihak kepolisian dapat menjelaskan pada kami siapa yang terlebih dahulu memberikan surat itu dan kenapa ada aksi pada hari dan jam yang sama dan tempat yang sama pula hingga berakibat seperti ini," ujarnya.
Lanjut Satria lagi, kedatangan dia dan rekan mahasiswa ini adalah meminta agar Polrestabes melepas rekan kami berikut sepeda motornya ucap satria menutup pembicaraan.
Sementara itu, Kapolrestabes Medan Kombes pol Dadang Hartanto ketika dikonfirmasi akan hal ini lewat aplikasi WhatsApp menjelaskan bahwa mahasiswa yang diamankan adalah untuk pemeriksaan dan setelah selesai di periksa akan dipulangkan.
"Mahasiswa yang diamankan hanya diperiksa dan setelah selesai akan dipulangkan, kericuhan itu terjadi karena ada mahasiswa yang menghentikan dan merusak mobil Polisi,"ucap Dadang.
Menurut informasi yang dihimpun di lokasi kejadian sedikitnya 14 orang mahasiswa terluka atas peristiwa tersebut. (Red)
