Theme Layout

Theme Translation

Trending Posts Display

Home Layout Display

Posts Title Display

Terkini


404

We Are Sorry, Page Not Found

Home Page

 



MEDAN, IK - Swa Ika, salah seorang orang tua murid berinisial KSAD yang bersekolah di TK YP Shafiyyatul Amaliyyah Jalan Setia Budi Medan, mengaku kecewa. Pasalnya setelah membayar mahal anaknya masuk ke sekolah tersebut hingga belasan juta rupiah, dengan harapan sekolah dapat merubah anaknya menjadi pintar dan berakhlak, namun semuanya tidak sesuai dengan harapan. Ironimya, tidak hanya itu saja malahan oknum kepala sekolah mengeluarkan stetmen kalau tidak bisa mengikuti peraturan sekolah silahkan bapak tarik anak bapak dari sekolah ini.


Demikian disampaikan Swa Ika, saat ditemui wartawan, di sekolah YPSA, Sabtu (11/12/2021).

Swa Ika mengungkapkan, kejadian tersebut bermula ketika anaknya yang masih berusia 4 tahun itu mengganggu siswa lainnya di kelas.

"Sedari awal saya pilih sekolah Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah (YPSA) karena
nuansa keagamaan, karena saya ingin anak saya ini di didik akhlak ilmu, maupun karakternya secara keagamaan", jelasnya.

Namun Swa Ika menyayangkan kebijakan yang terjadi di YPSA, kejadian yang terjadi disekolah tidak bisa diselesaikan secara internal, Swa Ika kerap di telpon atas tingkah laku perbuatan anaknya disekolah.


"Coba bayangkan, anak masih balita belajar dengan kegiatan zoom, sudah dapat dipastikan tidak bisa ikut dengan tertib. Anak saya kerap dianggap mengganggu teman lainnya, sehingga dalam waktu yang lama anak saya tidak diperbolehkan ikut kegiatan Zoom. Ironinya lagi setelah beberapa hari berturut-turut tidak mengikuti zoom, namun tidak ada pantauan dari wali kelas, itu kami pertanyakan, apa sih tugas dari wali kelas terhadap anak-anak yang tidak mengikuti zoom?," ujar Swa.


"Karakter anak kecil kan macam-macam, ada yang jahil dan secara fisik badan anak saya paling besar di dalam kelas, Tetapi sangat disayangkan kondisi kondisi yang terjadi di dalam kelas saya anggap tidak bisa diselesaikan oleh wali kelas secara internal. Ketika anak saya mengusili temannya, bolak-balik saya dihubungi bolak-balik saya ditelepon", sambungnya.

Swa Ika menambahkan, terkait kejadian tersebut, diduga muncullah ghibah yang mengarah kepada anaknya yang dilakukan oleh orang tua murid yang lain.

"Saya dipanggil oleh Yayasan, tetapi cara penyampaian kepada kami lebih bersifat introgatif seolah-olah anak saya Ini salah, hingga akhirnya munculnya statement dari kepala sekolah, apabila tidak bisa mentaati aturan  silakan tarik anak bapak dari shafiyatul, statement ini menusuk perasaan saya, menyinggung perasaan saya", ungkapnya.

Swa Ika menganggap kepala sekolah mengatakan seperti itu seperti mengusir dirinya dan anaknya.

"Saya merasa pihak Sekolah YPSA dalam hal ini kepala sekolah
Ade Muthia Nainggolan,S.Pd tidak adil, sehingga apabila anak saya harus dikeluarkan dari sekolah, saya meminta dana yang sudah dibayarkan ke pihak YPSA dikembalikan, karena sekali lagi saya katakan saya merasa diusir, karena pihak sekolah menganggap anak saya tidak layak bersekolah ditempat tersebut", ucap Swa Ika. 

Satu hal setelah persoalan tersebut Swa Ika merasa terkejut, ketika saat menjemput anaknya ke sekolah, Swa Ika mendapat laporan dari pengasuh anaknya bahwa anaknya KSAD tidak diperbolehkan masuk kelas, dan harus menunggu di luar atau didalam ruangan tertentu.

"Padahal permasalahan ini belum selesai, namun sewaktu saya akan mengantar surat permohonan pengembalian dana, saya terkejut anak saya tidak diijinkan masuk keruangan", imbuhnya.

Terkait persoalan yang terjadi, Swa Ika meminta pihak Yayasan mengevaluasi kinerja kepala sekolah. Selain itu dirinya juga akan melaporkan hal ini ke Dinas Pendidikan.

'Saya minta pihak Yayasan bertanggung jawab menyelesaikan hal ini, dan saya akan laporkan kasus ini ke Dinas Pendidikan", tegasnya.

Sementara itu kepala sekolah Ade Muthia Nainggolan,S.Pd didampingi Humas dan staff sekolah lainnya yang dikonfirmasi wartawan mengaku pihaknya sudah bekerja sesuai SOP.


"Prosedurnya, kita memanggil orang tua KSAD karena anaknya melakukan pemukulan dengan teman-temannya, bukan hanya sekali perbuatan tersebut dilakukan KSAD sudah beberapa kali kepada beberapa murid", ucapnya.

Menurut Miss Ade selaku Kepala Sekolah, semua yang dilakukan terhadap anak Swa Ika itu sudah dibuatkan laporan secara tertulis. 

"Itulah Cara penanganan pihak sekolah terhadap anak yang melakukan perbuatan yang memukul temannya, dengan cara tersebut mengajak orang tua untuk kerjasama", ucapnya.

Ade juga mengakui ucapannya menyuruh orang tua KSAD menarik anaknya dari sekolah jika tidak mengikuti aturan.

"Ya, memang ada saya suruh tarik anaknya dari sekolah jika tidak mengikuti aturan", aku Ade.

Terkait dana yang sudah dibayarkan oleh orang tua KSAD, kepala sekolah berjanji akan mengembalikan sebesar lima puluh persen.

"KSAD sudah belajar disekolah ini selama lebih kurang lima bulan, jadi anggaran tersebut akan kami kembalikan tapi tidak seluruhnya hanya lima puluh persen", ujarnya.

Namun ketika kembali ditanya, kenapa tidak ada pengawasan khusus dari pihak sekolah terkait kenakalan KSAD, Ade menuturkan pihak guru sudah secara maksimal membimbing KSAD, namun tidak terlepas harus ada kerjasama dengan orang tua wali membimbing anaknya ketika berada dirumah.

"Tidak hanya guru, peran orang tua wali juga sangat penting dalam merubah akhlak anaknya", kilahnya.

Ade juga mengatakan, pihaknya juga sudah menyampaikan kepada Swa Ika selaku orang tua murid bahwasanya saat ini masih diberlakukan sekolah tatap muka karena masih dalam kondisi pandemi. Namun Swa Ika kerap bertanya sampai kapan itu diberlakukan.

"Yang membuat peraturan sekolah tatap muka adalah pihak Dinas, saya juga belum tau sampai kapan", tutur Ade. (Rel/Rn)
Leave A Reply